Selasa, 06 Mei 2008

JEJAK KAKI GEDE - PANGRANGO


Kulangkahkan kaki di ujung hari, berjuang mencapai puncak mandalawangi.aku rindu padamu, keindahanmu tenangkan hatiku,bangkitkan semangatku..GEDE – PANGRANGO.
Perjalanan yang ku mulai sore itu cukup melelahkan juga tapi semuanya terbayar sudah saat aku mencapai 2 puncak gunung, yaitu GEDE – PANGRANGO, ditambah perjalan melewati puncakkan gunung di sepanjang punggungan G.MANDALAWANGI.
Begitu asik juga penuh tantangan, perjalanan yang disangka hanya 2 hari 3 malam itu berlangsung kurang lebih 5 hari 6 malam,mengapa demikian?Hujan yang mengguyur lumayan deras dan angin badai yang menghalau perjalanan kami tak membuat aku dan kedua temanku gentar melewatinya.Tangan yang telah membiru karena dinginya suhu, perut yang lapar serta mulut yang kering karena kehausan kehabisan air tetap tak membuat kita bertiga menghentikan perjalanan.

Tim yang terdiri dari 3 orang,yaitu aku, Ahmad Syarifudin, Denis Christian memulai route perjalanan dari Cipelang atau yang kita kenal sekarang Pondok Halimun.Dengan berbekal peralatan yang lumayan lengkap serta makanan yang hanya cukup untuk 3 hari kami memulai perjalanan mencapai Gede – Pangrango, kira – kira jam 6 sore.Perjalanan malam yang mengasyikan, di temani 2 lampu obor yang menerangi di setiap langakah,membuat perjalanan kami bertiga semakin bersemangat. 3 jam perjalanan akhirnya kami sampai di CILEUTIK (sumber mata air),kitapun mendirikan tenda disana.

Suasana pagi begitu dekat terasa, hawa sejuk, semilir angin, beningnya embun menemani perjalanan pagi ini bersama kedua temanku.sekitar 1 jam lagi sampai ke Alun – alun SuryaKencana, dimana terdapat hamparan padang EDELLWEISS yang menghampar menghiasinya, sungguh indah ciptaan-Mu Ya ALLAH.
Keindahannya berikan semangat, menjadi obat lelah perjalanan kali ini. Keindahan yang menenagkan hati membuat kita bertiga berniat bermalam di Alun – alun SuryaKencana.

Malam ini cuaca kurang begitu bersahabat, yang asalnya indah, cerah berganti dengan lebatnta hujan, kencangnya badai membuat kita kedinginan. Keadaan tersebut berlangsung selama 2 malam, hingga kitapun menunda perjalanan.Namun di Hari ke dua meskipun cuaca yang begitu buruk tak membuat kami gentar, melewati bebatuan di jalan setapak, pohon – pohon tumbang dan rimbunnya pepohonan.
Puncak G.GEDE, kau tampak indah meskipun kabut tebal menyelimutimu,hujan mengguyur larvamu, indahnya dirimu.
Hanya sebaentar Kami merasakan keindahan itu, Karena kami harus melanjutkan perjalanan mencapai Pangrango sebelum malam tiba.Sekitar jam 5 sore kami sampai disana, hujan yang masih mengguyur membuat kami kesusahan mendirikan tenda.Tangan yang terasa mengeras tak lagi bisa di gerakan,mulut yang terus bergetar menahan dinginnya suhu kala itu.

Pangrango sambutanmu begitu terasa, dinginmu menusuk sampai tulang – tulangku, indah pemandanganmu tak akan ku lupa, aku selalu merindumu.
Pagi hari yang cerah menyambut kami,mebuat kami enggan meninggalkan indahnya ciptaan-Mu Yaa Rabbi..
Perjalanan pulangpun kami awali, mengucap doa meninggalkan jejak kami di Puncak Mandalawangi,menuju arah utara kamipun berlari.
10 jam perjalan pulang kami tempuh, melelahkan memang tapi itu adalah jalan yang kami pilih. Jalan yang jarang di lewati oleh para pendaki lainnya, dengan trek jalan yang bergelombang karena banyaknya puncakan yang di sepanjang punggungan Mandalawangi.Jalan setapak yang tersusun dari tumpukan lumut yang menebal denagn lebar jalan sekitar 50 cm dengan di dampingi sebelah kanan dan kirinya jurang yang cukup dalam, takut juga. Namun di situlah kami melihat keindahan,jajaran punggungan Mandalawangi, Pangrango, Gede, Gemuruh, G.Masigit dengan tebingnya yang begitu terjal.
Meskipun waktu tempuh perjalan pulang terbilang lama, alhamdulilah kami semua sampai dengan selamat.

Perjalanan yang tak akan terlupakan, akan terkenang selam kau masih mengingatnya wahai sahabatku,
Aku Rindu perjalananku
Aku kangen ma semua teman,saudaraku,keluargaku
WANABAKTI, SISPALA, KAMAPALA
Semuanya yang mengenalku
Aku ingin menjelajah lagi

buni ayu=si cantik yang tersembunyi



Entah kapan,saat aku pertama kali menjelajahinya.
GOA BUNI AYU=SI CANTIK YANG TERSEMbUNYI

Banyak kenangan yang pernah ku alami disana, saat pengambilan krida bersama ke 4 temanku:Ridwan Jalaludin, Diva,Mira.
kakak-kakak angkatan mulai dari angkatan 1 sampai 18
teman_teman 1 angkatan denganku,angkatan 19
adik-adikku dari angkatan 20 sampai sekarang ankatan 22
aku kangen ma kalian..aku kangen ma kalian semua
keluargaku WANABAKTI KPH SUKABUMI

berbagi pengalaman tentang GOA BUNI AYU

Buni ayu yang diambil dari bahasa sansekerta yang berarti “keindahan yang tersembunyi”atau “Sicantik yang tersembunyi kalau memnurutku” berada di kawasan formasi karst Nyalindung dengan jarak dari kotamadya Sukabumi sejauh 26 km ke arah selatan dan waktu tempuh (dari Sukabumi) 45 menit dengan kendaraan umum atau 30 menit dengan kendaraan pribadi. Posisi Buni Ayu berada ± 700m dpl, berada dalam kawasan Wana Wisata PERHUTANI Unit III Jawa Barat Dan Banten KPH sukabumi. Memiliki 82 buah mulut gua yang sudah di temukan posisinya dan diperkirakan masih memiliki ratusan lagi yang belum dieksplorasi.
Tanaman yang ada di kawasan ini didominasi oleh cukup rapatnya pohon pinus (dari jenis pinus mercussi) dan memiliki suhu rata – rata harian 22º C pada siang hari dan turun sebesar 4º - 5º C pada malam hari sepanjang tahun sehingga disarankan para penelusur membawa jaket berklasifikasi Wind Shield dan atau jaket dari PolarTec 100. Kawasan ini memiliki tipe permukaan yang berkontur, mulai dari tower karst sampai dolina (bentukan alam di permukaan tanah yang menyerupai mangkuk berdiameter 2 m bahkan puluhan meter) akan dapat dengan mudah dijumpai di kawasan ini.
Di tempat ini sudah ada fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola (PERHUTANI Unit III Jawa Barat Dan Banten) untuk memudahkan pengunjung saat berwisata di Wana Wisata ini. Fasilitas yang telah ada dan terpasang, adalah:
Kantor Pengelola, MCK 3 unit, Mushola, listrik, sarana air bersih, saung bertingkat 2 atau bale-bale.

Kerta Angsana memiliki beberapa gua horisontal dengan berbagai macam jenis ornamen yang ada. Salah satunya adalah gua angin dengan panjang (jalur wisata) sekitar 300 meter dan waktu tempuh 1 – 1,5 jam (Back Track), menyuguhkan keindahan ornamen yang tidak terdapat di permukaan dan seluruh ornamen yang terbentuk melalui proses alam (CaCO3 + CO2 + H2O ? Ca (HCO3)2). Gua ini memiliki dua jenis sungai yang mengalir di dalamnya yaitu: otogenik dan allogenik, masing-masing diartikan adalah jenis aliran yang berasal dari luar gua dan dari dalam gua itu sendiri.
Ornamen yang ada yaitu: Gourdam, mikro gourd, drapery, stalagtit, stalagmit, pilar, canopy dan flow stone.
Pada zona terang atau zona troglofil dapat ditemukan beberapa jenis binatang contohnya: laba-laba, jangkrik, kalajengking, lipan.
Pada Zona Senja atau zona trogloxene adalah kelelawar pemakan buah – buahan dan penyerbuk bunga (megachiroptera), walet (collocalia), tikus, biawak, landak, ular, anjing hutan. Pada zona gelap abadi atau zona troglobion (gelap abadi) hewan-hewan yang ada telah beradaptasi penuh dengan zona ini, hewan di zona ini tidak memiliki pandangan yang jelas (buta) dan sudah mengembangkan alat penginderanya, seperti: ikan dan udang yang cukup sering terlihat disaat musim kemarau.

Adapun spesifikasi Gua Angin (Horisontal)
Lorongan
Kedalaman lubang vertikal : Non vertikal
Luas chamber (ruangan) : Variatif di beberapa titik lokasi
Panjang lorong horisontal : ± 300 m
Lebar lorong : 1 – 20 meter
Tinggi plafon : rata – rata 2 – 25 meter dari lantai gua

Perairan
Lebar sungai : 1 – 2 meter
Ketinggian permukaan : 0,5 – 3 meter (curah hujan tinggi), 15 cm (kemarau)
air sungai
Diameter danau : Tidak ada
Kedalaman danau : Tidak ada
Ketinggian air terjun : Tidak ada

Jenis Ornamen
• Stalaktit, berbentuk menyerupai ujung tombak
• Stalakmit, terletak selalu di bawah stalaktit
• Drapery, berbentuk seperti sirip ikan hiu
• Gourdam (baby gourdam, mikro gourdam), berbentuk kubah dengan permukaanmenyerupai petakan sawah
• Canopy, berbentuk seperti payung
• Flow stone, berbentuk seperti air terjun beku
• Column, berbentuk seperti pilar yang awalnya adalah stalaktit dan stalakmit yang sudah menyatu

Jenis Biota
• Jangkrik
• Kelelawar (megachiroptra)
• Laba - laba
• Ikan
• Udang
• Kadal
• Walet (Collocalia)

Keadaan Lorongan Secara Umum
• Basah
• Kelembaban 60 – 70 %
• Suhu 22 – 25 ° C
• Sudut tanjakan antara 30° – 45°





Gua vertikal yang sering digunakan untuk kegiatan wisata (wisata minat khusus) adalah Gua Kerek yang sebenarnya merupakan lorong sambung dari Gua Angin. Memasuki lorongan di dalam Gua Kerek harus ditempuh melalui lubang vertikal dengan kedalaman mencapai ± 3 meter, jarak tempuh horisontal 1,5 km, waktu tempuh 5 – 7 jam dan merupakan Single Pitch yang memiliki ruang (chamber) sebesar ± 1,5 kali lapangan bola. Sekitar 5 menit penelusuran, anda akan menyusuri aliran sungai bawah tanah yang cukup besar dan menyusurinya menuju air terjun dalam gua.
Berjalan melalui lantai gua yang banyak mengalami break down proses peruntuhan akibat proses dari air yang melaluinya menjadikan penelusuran berada dalam katagori Medium Adventure, dengan tingkat resiko yang cukup tinggi jika tidak di perlengkapi dengan beberapa alat dengan spesifikasi khusus dan pemandu yang professional. Perjalanan dilanjutkan dengan menuruni sebuah gourdam dengan teknik chimneying (atau bisa memakai Etrier yang sudah terpasang untuk mempermudah anda) mengantar anda masuk ke sungai kemudian menuju Sum (sungai yang menghilang ke dalam dinding gua) lalu anda akan memasuki lorongan berlumpur, berbentuk Cone dan bersebelahan dengan sebuah danau dalam gua (setelah anda keluar dari lorong tersebut). Kemudian anda akan menaiki sebuah tanjakan dengan kemiringan 40° setinggi 3 meter, lalu anda akan disambut kembali dengan medan berlumpur menuju dinding setinggi ± 7–10 meter dan memanjatnya dengan menggunakan teknik Chimneying atau anda bisa menggunakan Steel Ladder (tangga baja) yang akan kami pasang.
Di perlukan kejelian dalam menelusuri Gua Kerek ini mengingat resiko yang cukup tinggi tapi dalam beberapa kesempatan akan menemukan udang dan ikan yang tidak memiliki warna badan (transparan) selain anda akan menemukan hewan khas zona gelap abadi seperti kelelawar serta walet dan tentunya beragam ornamen yang indah.Adapun Spesifikasi Gua Kerek (Vertikal – Horisontal)
Lorongan
Kedalaman lubang vertikal : ± 30 meter (pintu masuk)
Luas chamber (ruangan) : ± 1½ x lapangan bola
Panjang lorong horisontal : ± 1,5 km (waktu tempuh 5 – 7 jam menuju lubang keluar
horisontal)
Lebar lorong : 1 – 20 meter
Tinggi plafon : rata – rata 2 – 35 meter dari lantai gua
Perairan
Lebar sungai : 1 – 2 meter
Ketinggian permukaan : 50 – 90 centi meter (curah hujan tinggi), 15 cm (kemarau)
Diameter danau : ± 10 meter
Kedalaman danau : ± 5 – 7 meter
Ketinggian air terjun : ± 15 meter

Jenis Ornamen
• Stalaktit, berbentuk menyerupai ujung tombak
• Stalakmit, terletak selalu di bawah stalaktit
• Drapery, berbentuk seperti sirip ikan hiu
• Gourdam (baby gourdam, mikro gourdam), berbentuk kubah dengan permukaan
menyerupai petakan sawah
• Canopy, berbentuk seperti payung
• Flow stone, berbentuk seperti air terjun beku
• Column, berbentuk seperti pilar yang awalnya adalah stalaktit dan stalakmit yang
sudah menyatu

Jenis Biota
• Jangkrik
• Kelelawar (megachiroptra)
• Laba - laba
• Ikan
• Udang
• Kadal
• Walet (Collocalia)

Keadaan Lorongan Secara Umum
• Basah
• Kelembaban 60 – 70 %
• Suhu 22 – 25° C
• Sudut tanjakan antara 40° – 50°


Perjalanan yang melelahkan akan terobati jika kalian semua sudah menikmati keindahan si cantik yang tersembunyi=goa buni ayu, yang memiliki banyak ornamen yang mempesona diantaranya:stalaktit, stalakmit, flowstone,draperty,canopy,dan yang lainya yang lebih mempesona.
wahh.........jadi pengen kesana lagi
salam rimaba
WANABAKTI
ikmaludin
angkatan 19